Rabu, 09 Juni 2010

Benarkah Benua Atlantis Yang Hilang Berada di Indonesia? | One ...

Setelah berkonsultasi dengan “pakar” soal Atlantis dari Indonesia, mendapat jawaban sebagai berikut: “Ada banyak versi tentang Atlantis, E. Cayce bilang bahwa Lemuria itu nama benuanya, dan Atlantis itu nama negaranya (diperkirakan eksis 24.000 – 10.000 SM.)

“Negara Atlantis itu terbagi dalam beberapa daerah atau pulau atau kalau sekarang istilahnya mungkin provinsi atau negara bagian. Daerah kekuasaan Atlantis terbentang dari sebelah barat Amerika sekarang sampai ke Indonesia. Atlantis menurut para ahli terkena bencana alam besar paling sedikit 3 kali sehingga menenggelamkan negara itu.

“Jadi, kemungkinan besar Atlantis itu tenggelam tidak sekaligus, tetapi perlahan-lahan, dan terakhir yang meluluh lantakkan negara itu terjadi sekitar tahun 12.000 – 10.000 SM. Pada masa itu es di kutub mencair dan menenggelamkan negara itu. Terjadi banjir besar yang dahsyat, dan penduduk Atlantis pun mengungsi ke dataran-dataran yang lebih tinggi yang tidak tenggelam oleh bencana tersebut. Itulah sebabnya di beberapa kebudayaan mulai dari timur sampai barat, terdapat mitos-mitos yang sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh. Kenapa bisa ada berbagai mitos sejenis dengan kisah perahu Nabi Nuh pada berbagai peradaban di dunia pada masa lalu? Kemungkinan besar karena memang mitos itu berasal satu “kejadian yang sama” dari satu kebudayaan dan tempat yang sama.

“Setelah negeri Atlantis tenggelam, maka penduduk Atlantis itu pun mengungsi ke daerah yang lebih tinggi yang sekarang kita kenal dengan Amerika, India, Eropa, Australia, Cina, dan Timur Tengah. Mereka membawa ilmu pengetahuan-teknologi dan kebudayaan Atlantis ke daerah yang baru.”

Di kalangan para Spiritualis, termasuk Madame Blavitszki — pendiri Teosofi — yang mengklaim bahwa ajarannya berasal dari seorang “bijak” dari benua Lemuria di India. Di dalam kebudayaan Lemuria, spiritualitasnya didasari oleh sifat feminin, atau mereka lebih memuja para dewi sebagai simbol energi feminin, ketimbang memuja para dewa sebagai simbol energi maskulin.

Hal ini cocok dengan spiritualitas di Indonesia yang pada dasarnya memuja dewi atau energi feminin, seperti Dwi Sri dan Nyi Roro Kidul (di Jawa) atau Bunda Kanduang (di Sumatera Barat, Bunda Kanduang dianggap sebagai simbol dari nilai-nilai moral dan Ketuhanan). Bahkan di Aceh pada masa lalu yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah dipimpin 5 kali oleh Sultana (raja perempuan) sebelum masuk pengaruh kebudayaan dari Arab yang sangat maskulin. Sebelum itu di kerajaan Kalingga, di daerah Jawa Barat/Jawa Tengah sekarang, pernah dipimpin oleh Ratu Sima yang terkenal sangat bijak dan adil. Di dalam kebudayaan lain, kita sangat jarang mendengar bahwa penguasa tertinggi (baik spiritual atau politik adalah perempuan), kecuali di daerah yang sekarang disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah masa Atlantis (Lemuria) ada 5 ras yang berkuasa, yaitu: kulit kuning, merah, coklat, hitam, dan pucat. Pada masa itu kebudayaan yang menonjol adalah kulit merah, jadi kemungkinan besar kebudayaan Indian/Aztec/Maya juga berasal dari Atlantis. Tetapi, kemudian kebudayaan itu mengalami kemunduran dan selanjutnya kebudayaan kulit hitam/coklat di India yang mulai menguasai dunia. Inilah kemungkinan besar jaman kejayaan yang kemudian dikenal menjadi Epos Ramayana (7000 tahun lalu) dan Epos Mahabarata (5000 tahun lalu). Tetapi, kemudian kebudayaan ini pun hancur setelah terjadi perang Baratayuda yang amat dahsyat itu, kemungkinan perang itu menggunakan teknologi laser dan nuklir (sisa radiasi nuklir di daerah yang diduga sebagai padang Kurusetra sampai saat ini masih bisa dideteksi cukup kuat).

Selanjutnya, kebudayaan itu mulai menyebar ke Mesir, Mesopotamia (Timur Tengah), Cina, hingga ke masa sekarang. Kemungkinan besar setelah perang Baratayuda yang meluluhlantakkan peradaban dunia waktu itu, ilmu pengetahuan dan teknologi (baik spiritual maupun material) tak lagi disebarkan secara luas, tetapi tersimpan hanya pada sebagian kecil kelompok esoteris yang ada di Mesir, India Selatan, Tibet, Cina, Indonesia (khususnya Jawa) dan Timur Tengah. Ilmu Rahasia ini sering disebut sebagai “Alkimia”, yaitu ilmu yang bisa mengubah tembaga menjadi emas (ini hanyalah simbol yang hendak mengungkapkan betapa berharganya ilmu ini, namun juga sangat berbahaya jika manusia tidak mengimbanginya dengan kebijakan spiritual)

Kelompok-kelompok esoteris ini mulai menyadari bahwa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tanpa mengembangkan kebajikan spiritual, akan sangat berbahaya bagi peradaban dunia. Itulah sebabnya kelompok-kelompok esoteris ini memulai kerjanya dengan mengembangkan ilmu spiritual seperti tantra, yoga, dan meditasi (tentu saja dengan berbagai versi) untuk meningkatkan Kesadaran dan menumbuhkan Kasih dalam diri manusia. Ajaran-ajaran spiritual inilah yang kemudian menjadi dasar dari berbagai agama di dunia. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi disimpan dahulu dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang dianggap telah mampu mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam dirinya.

Tetapi, manusia memang mahluk paling ironik dari berbagai spesies yang ada di bumi. Berabad kemudian, ilmu spiritual ini justru berkembang menjadi agama formal yang bahkan menjadi kekuatan politik. Agama justru berkembang menjadi pusat konflik dan pertikaian di mana-mana. Sungguh ironik, ilmu yang tadinya dimaksudkan untuk mencegah konflik, justru menjadi pusat konflik selama berabad-abad. Tetapi, itu bukan salah agama, melainkan para pengikut ajaran agama itulah yang tidak siap memasuki inti agama: spiritualitas.

Pada abad pertengahan di Eropa, masa Aufklarung dan Renaissance, kelompok-kelompok esoteris ini mulai bergerak lagi. Kali ini mereka mulai menggunakan media yang satunya lagi — ilmu pengetahuan dan teknologi — untuk mengantisipasi perkembangan agama yang sudah cenderung menjadi alat politis dan sumber konflik antar bangsa dan peradaban. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini disimpan mulai diajarkan secara lebih luas. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Leonardo Da Vinci, Dante Alegheri, Copernicus, Galelio Galilae, Bruno, Leibniz, Honore de Balzac, Descartes, Charles Darwin bahkan sampai ke Albert Einstein, T.S. Elliot, dan Carl Gustave Jung adalah tokoh-tokoh ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni modern yang berhubungan — kalau tidak bisa dikatakan dididik — oleh kelompok-kelompok esoteris ini.

Tetapi, sejarah ironik kembali berkembang, kebudayaan dunia saat ini menjadi sangat materialistis. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya digunakan untuk “menyamankan” kehidupan sehari-hari manusia, sehingga manusia punya lebih banyak waktu untuk mengembangkan potensi spiritualitas di dalam dirinya, justru menjadi sumber pertikaian dan alat politik. Konflik terjadi di mana-mana. Ribuan senjata nuklir yang kekuatannya 10 – 100 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945, kini ada di bumi, dan dalam hitungan detik siap meluluhlantakkan spesies di bumi.

Belum lagi eksploitasi secara membabi buta terhadap alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemanasan global di mana-mana. Menurut para ahli, hutan di bumi saat ini dalam jangka seratus tahun telah berkurang secara drastis tinggal 15%. Ini punya dampak pada peningkatan efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global, diperkirakan kalau manusia tidak secara bijak bertindak mengatasi kerusakan lingkungan ini, maka 30 sampai 50 tahun lagi, sebagian besar kota-kota di dunia akan tenggelam, termasuk New York City, Tokyo, Rio De Jenero, dan Jakarta. Dan sejarah tenggelamnya negeri Atlantis akan terulang kembali.

Jaman ini adalah jaman penentuan bagi kebudayaan “Lemuria” atau “Atlantis” yang ada di bumi. Pada saat ini dua akar konflik, yaitu “agama” dan “materialisme” telah bersekutu dan saling memanfaatkan satu sama lain serta menyebarkan konflik di muka bumi. Agama menjadi cenderung dogmatik, formalistik, fanatik, dan anti-human persis seperti perkembangan agama di Eropa dan timur tengah sebelum masa Aufklarung. Esensi agama, yaitu spiritualitas yang bertujuan untuk mengembangkan Kesadaran dan Kasih dalam diri manusia, malah dihujat sebagai ajaran sesat, bid’ah, syirik, dll. Agama justru bersekutu kembali dengan pusat-pusat kekuasaan politik, terbukti pada saat ini begitu banyak “partai-partai agama” yang berkuasa di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada paham materialisme juga sudah terlanjur menguasai dunia. Persekutuan antara kaum agama dan materialisme, atau “agama-materialistik” ini mulai menggejala di mana-mana, berwujud dalam bentuk-bentuk teror yang mengancam dunia.

Sudah saatnya, para spiritualis di “Lemuria” mulai bersatu kembali. Segala pertikaian remeh-temeh tentang materialisme-spiritualistik atau spiritualisme-materialistik harus diselesaikan sekarang. Tugas yang sangat penting tengah menanti, bukan tugas profetik, tetapi tugas yang benar-benar menyangkut keberlangsungan eksistensi seluruh spesies di “Lemuria”, di bumi yang amat indah ini. Tugas ini tidak bisa dikerjakan oleh satu dua orang Buddha atau Nabi atau Wali atau Resi atau Avatar seperti pada masa lalu. Tetapi, seluruh “manusia-biasa” juga harus terlibat di dalam tugas ini.

Jika hipotesis Prof. Santos*) memang benar, bahwa Atlantis pada masa lalu itu berada di Indonesia, maka hal itu berarti kita yang tinggal di sini punya tugas yang penting. Ini bukan suatu kebetulan. Kita yang tinggal di Indonesia harus bangkit kembali, bangkit Kesadarannya, bangkit Kasihnya, bangkit sains dan teknologinya untuk mengubah jalannya sejarah Lemuria yang selama ini sudah salah arah.

Kejayaan masa lalu bukan hanya untuk dikenang, atau dibanggakan, tetapi harus menjadi “energi-penggerak” kita untuk mengambil tanggung jawab dan tugas demi kejayaan Indonesia dan keberlanjutan peradaban Lemuria beserta seluruh spesies yang ada di bumi ini. Seperti kata Bapak Anand Krishna, dalam bukunya yang bertajuk Indonesia Jaya, “Masa depanmu jauh lebih indah dan jaya daripada masa lalumu, wahai putra-putri Indonesia!”

Indonesia Jaya!
ahmad yulden erwin

CATATAN:
*) Prof. Arysio Nunes Santos is a Nuclear Physicist with a Ph. D. in Nuclear Physics and a Free-Docency in Physical-Chemistry. In the course of his protracted professional career as a scientist, Prof. Santos also worked as a geologist and climatologist, disciplines he came to master, making substantial contributions to Ice Age Theory, particularly in what concerns Catastrophism and the reality of the Flood, the cataclysm which ultimately led to the demise of Atlantis-Eden.

Prof. Santos also wrote several other books and articles on Science and Engineering, as well as on arcane subjects such as Symbolism, Alchemy, the Holy Grail, Comparative Mythology and Religion, etc.. Pursuing these studies with a multi-disciplinary approach based on both the Exact and the Human Sciences, as well as the more traditional disciplines, the author finally managed to discover Atlantis’ true location; to prove its identity with Eden and the other traditional Paradises, and to reconstruct in detail the secret history of the Lost Continent described by Plato and several other ancient sages.

A gifted amateur linguist, Prof. Santos masters several tongues, including Greek, Latin, Sanskrit and Dravida, which are essential for the understanding of the ancient myths on Paradise and its destruction by the Universal Flood. This knowledge has enabled him to decipher Etruscan and Pelasgian, the languages of the predecessors of the Greeks and the Romans in the Mediterranean region. Prof. Santos traced these languages back to Sanskrit and Dravida, establishing an ineluctable connection with the East Indies, the true site of Atlantis.

Sumber: http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/



Benua Altlantis yang hilang menurut Prof. Santos dari Brasil.
Cover buku Prof. Santos yang menghebohkan tentang kemungkinan bahwa Benua Atlantis yang hilang itu justru berada di Indonesia.

Sumber : www.oneearthmedia.net/ind/?p=375

Misteri Benua Pengea

Sejarah Bumi Sejak Superkontinen Pangaea Hingga Saat Ini


Sekitar 250 juta tahun yang lalu, hanya ada superkontinen yang dinamakan Pangaea. Kemudian 50 juta tahun kemudian, sekitar 200 juta tahun yang lalu, Pangaea pecah menjadi dua superkontinen, Laurasia di sebelah utara dan Gondwana di sebelah selatan.


Kemudian 135 juta tahun yang lalu, Laurasia bergerak dan pecah menjadi tiga yaitu Benua Amerika Utara, Benua Eropa dan Benua Asia. Sedangkan Gondwana pecah menjadi Benua Afrika, Benua Antarktika, Benua Australia dan Benua Amerika Selatan.


Sekitar 65 juta tahun yang lalu (saat terjadi kepunahan massal Dinosaurus), susunan dan posisi benua secara perlahan berangsur-angsur mirip seperti yang ada saat ini. Ditambah dengan berpisahnya Anak Benua India dari Antarktika dan Benua Australia bergerak relatif ke arah ekuator. Anak Benua India tersebut kemudian menabrak Benua Asia dan karena dua-duanya tidak ada yang mau mengalah, maka dua-duanya saling berlomba menjulang ke atas membentuk Pegunungan
Himalaya, pegunungan tertinggi di dunia.


Yaa…karena dua-duanya merupakan kerak benua. Sifatnya sama-sama rigid, sama-sama berkomposisi felsik (Si-Al) dan tentunya densitasnya relatif sama. Jadi tidak ada yang mau nyungsep ke bawah seperti proses penunjaman di Palung Jawa. Lihat postingan sebelumnya di Animasi Mekanisme Penunjaman Kerak Samudra.



Uraian sejarah terbentuknya benua di atas tidaklah menunjukkan bahwa Pangaea merupakan superkontinen tertua dalam sejarah bumi. Umur bumi sendiri sekitar 4.6 milyar tahun. Sedangkan batuan tertua berumur 3.5 milyar tahun. Tentunya ada sejarah superkontinen juga sebelum Pangaea. Hanya saja, merekonstruksi kejadian geologi pada masa yang sangat lampau, seperti Zaman Pra-Kambrium, sangatlah sulit. Data-data geologi lampau tersebut tentunya sudah tertutupi atau terganggu proses geologi yang datang kemudian. Sehingga periode sebelum Pangaea kebanyakan masih berupa hipotesa yang terbuka bagi banyak penafsiran.


Ada Superkontinen Laurussia, Laurentia dan Baltika yang berumur Kambrium. Lebih tua lagi ada Superkontinen Pannotia dan Rodinia yang berumur Pra-Kambrium. Namun untuk merekonstruksi detail semua superkontinen tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah.


Tentunya rekonstruksi detail minimal meliputi bentuk, batas-batas pinggirnya, posisi, arah pergerakannya dan umurnya. Hal seperti ini yang sulit. Dan tentunya akan banyak perdebatan mengenai detail tersebut. Rekonstruksi yang dimulai dari Pangaea pada saat ini relatif sudah diterima luas oleh masyarakat ilmiah.



Ni artikel Pembuktiannya:

Alfred Wegener & Teori Continental Drift


Tiga abad sebelum ALFRED LOTHAR WEGENER (1880-1930) membuktikan bahwa

kemiripan garis pantai sebelah timur benua Amerika Selatan dengan
pantai sebelah barat benua Afrika terjadi karena kedua benua itu
pernah “bersatu”, ABRAHAM ORTELIUS pembuat peta asal Belanda telah
mengamati fenomena yang sama dan berpendapat bahwa Amerika dipisahkan
dari Eropa dan Afrika oleh gempa bumi dan air bah (1596).

Kemudian pada tahun 1858, seorang geografer bernama ANTONIO

SNIDER-PELLEGRINI membuat 2 kartun model yang menunjukkan posisi dan
bentuk benua Amerika Selatan dan Afrika sebelum dan sesudah terpisah.
Modelnya aneh, terutama bentuk bagian selatan Argentina/Chile. Di
kartun model versi Snider-Pellegrini ini, bagian Patagonia digambarkan
tertekuk melengkung dari arah barat ke selatan kemudian ke timur dan
berbalik ke utara, melingkari bagian selatan Afrika dan ujung
Patagonia dibuat hampir menyentuh Madagaskar. Entah Snider-Pellegrini
serius atau tidak saat mengerjakan kartunnya, imajinasinya secara
tidak langsung juga telah menunjukkan bahwa Amerika Selatan dan Afrika
dulu pernah berdampingan.

Tapi imajinasi kedua orang yang baru diceritakan di atas tak pernah

dilontarkan menjadi sebuah teori ilmiah sampai sekitar tahun 1910an.
Pada musim gugur tahun 1911, saat sedang menghabiskan waktu di
perpustakaan Universitas Marburg (Jerman), Wegener menemukan makalah
palaeontologi tentang kesamaan jenis fosil-fosil tumbuhan dan hewan di
Amerika Selatan dan Afrika, padahal, kedua benua itu dipisahkan oleh
Samudera Atlantik yang luas. Rasa penasaran Alfred Wegener membuatnya
mencari lebih banyak informasi mengenai kesamaan-kesamaan fosil di dua
tempat terpisah tersebut, hingga akhirnya ia berpikir, “Mungkinkah
kesamaan fosil-fosil di kedua sisi Atlantik terjadi karena dulu benua
Afrika dan Amerika adalah satu kontinen?”

Menurut para ahli geologi saat itu, model evolusi pembentukan Samudera

Atlantik cuma sederhana saja. Gundu bulat disangka baut, dahulu darat
sekarang laut. Penyebabnya? “Cuma” karena “jembatan penghubung” kedua
daratan itu kolaps kemudian sekarang menjadi dasar laut. Sadar akan
model sederhana ini telah diterima sebagai sebuah kebenaran, Wegener
berusaha mencari bukti-bukti geologi lebih banyak untuk mendukung
teori yang hendak ia lemparkan ke forum ilmiah. Ia pun menemukan bahwa
Pegunungan Appalachian di bagian timur Amerika Utara tersambung dengan
dataran tinggi Skotlandia (Highlands) dan perlapisan batuan Karroo
System di Afrika Selatan identik dengan perlapisan batuan Santa
Catarina System di Brazil. Wegener kemudian menulis sebuah buku yang
berjudul “The Origin of Continents & Oceans” (judul asli dalam bahasa
Jerman) pada tahun 1915, di mana teori Continental Drift
dipublikasikan.

Wegener, yang sebenarnya adalah seorang
astronomer (Ph.D Universitas
Berlin, 1904) dan bekerja sebagai meteorologist, tapi memiliki hobi di
bidang ilmu kebumian, segera menjadi sasaran cemoohan ahli-ahli
geofisika dan geologi kala itu. Ahli ilmu kebumian memang manusia yang
aneh. Mereka cenderung sulit menerima sebuah teori baru, maupun
sekedar sebuah pendapat lain atas keyakinan mereka sendiri, hanya
karena mereka tidak tahu atau tidak paham tentang apa yang orang lain
bicarakan. Ketika sudah merasa menjadi seorang ahli, mereka berpikir
sudah tahu tentang segala hal, apalagi jika apa yang mereka bela
adalah “kebenaran umum” yang berlaku. Padahal, jalan pikiran mereka
hanya berdasar atas konsep-konsep ilmu kebumian, data-data dan teknik
pengambilan data yang “ada” pada saat itu juga, bukan data dan alat
baru yang ditemukan/diciptakan di masa depan.

Sikap emosional seorang ahli geologi bernama DR. ROLLIN T. CHAMBERLIN

dari Universitas Chicago membuatnya menulis sebuah makalah berjudul
“Some of the objections to Wegener’s theory” (1928) dan memulai
tulisannya dengan pertanyaan, “Bisakah kita menyebut geologi sebagai
sebuah ilmu jika ada perbedaan pendapat yang begitu hebat untuk
hal-hal dasar hingga teori semacam ini terus berkeliaran?”. Dr.
Chamberlin berpendapat bahwa hipotesis Wegener sama sekali tak
berdasar dan fakta-fakta yang Wegener paparkan hanyalah fakta yang
aneh dan buruk, seperti sebuah permainan tanpa peraturan. Masalah
terbesar di teori Wegener yang membuat para ahli menolaknya adalah
mekanisme perpindahan kontinen yang menurut Wegener terjadi karena
daratan bergeser dengan dasar laut sebagai bidang pergeserannya. “Gaya
sebesar apa yang bisa menarik daratan hingga terpisah begitu jauh di
atas dasar laut sebagai bidang geser tanpa mematahkan dasar lautnya?”
demikian tanya HAROLD JEFFREYS, ahli geofisika Inggris.

Ekspedisi-ekspedisi geologi dilakukan oleh Wegener pada tahun 1920,

1922 dan 1929 untuk mencari lebih banyak fakta guna mendukung
teorinya. Dalam ekspedisi terakhir, Wegener tewas setelah berhasil
mengantarkan suplai makanan kepada koleganya yang sedang melakukan
penelitian di tengah belantara es Greenland, hanya beberapa hari
setelah ulang tahunya yang ke-50. Kelak, seperti yang telah kita
ketahui, berawal dari eksplorasi permukaan laut dan kerak bumi, teori
Continental Drift Wegener menjadi embrio bagi teori Tektonik Lempeng,
di mana kerak bumi baik kontinen maupun kerak samudera ternyata
bergerak di atas asthenosfer jadi bukan di atas dasar laut seperti
hipotesis Wegener.

Pangaea

Kontribusi Wegener bagi kelahiran teori Tektonik Lempeng di tahun
1960-an tentu tidak bisa diabaikan. Di buku “The origin of continents
and oceans” edisi tahun 1920 (ada juga yang menyebutkan nama Pangaea
sudah diperkenalkan sejak edisi 1915), Wegener berpendapat bahwa semua
benua yang ada sekarang sebenarnya pernah bersatu sekitar 225 juta
tahun yang lalu (Ma), yaitu pada Periode Trias Akhir (sudah masuk Era
Mesozoik). Daratan maha luas ini ia beri nama Pangaea, sebuah kata
dalam bahasa Yunani yang berarti “semua daratan”.

Rekonstruksi lempeng tektonik modern dengan menggunakan data

palaeo-magnetik memperlihatkan Pangaea sudah menjadi daratan berbentuk
seperti huruf “C” pada sekitar 255 Ma (Permian Akhir). Pusat
superkontinen Permian ini adalah Afrika, sedangkan di sebelah barat
ada adalah Amerika Selatan, di baratlaut ada Amerika Utara, di utara
dan timur laut ada Eropa, Asia dan Cina Utara, sedangkan di tenggara
dan selatan ada India, Antartika dan Australia. Di sebelah timur? Ada
lautan bernama Tethys, dan terakhir di sebelah timurnya Tethys, ada
Cina Selatan. Sedangkan laut mahaluas yang mengelilingi Pangaea
dinamakan Panthalassa. Pusat superkontinen Pangaea ditengarai berada
di sekitar garis ekuator, kira-kira seperti posisi Indonesia sekarang
(tentu saja secara garis lintang).

Apa bukti keberadaan Pangaea selain rangkaian-rangkaian pegunungan

yang identik seperti Appalachian-Scottish Highlands dan Karroo-Santa
Catarina Systems seperti yang dikemukakan pertama kali oleh Wegener
(1915)? Jawabannya adalah fosil-fosil genus Lystrosaurus dan genus
Mesosaurus dan flora genus Glossopteris. Lystrosaurus adalah sejenis
reptil pemakan tetumbuhan yang konon sebesar babi, dengan ekor lancip
pendek, kaki pendek, daun telinga kecil dan kepala seperti harimau
yang hidup pada Periode Permian-Trias. Entah palaeontologist mana yang
berhasil merealisasikan imajinasi rupa Lystrosaurus ini, konon ia
pernah hidup di Antartika, India, Afrika Selatan dan Cina.

Mesosaurus adalah sejenis reptil amfibi yang hidup di air tawar.

Bentuknya kira-kira seperti cecak, tapi kepalanya seperti buaya,
badannya fleksibel dan konon ekornya dapat digunakan sebagai semacam
sirip untuk berenang. Tidak jelas berapa ukurannya dan hidup pada
berapa juta tahun yang lalu. Fosil ini ditemukan di Brasil dan Afrika
bagian barat.

Superkontinen Pangaea lalu mulai terpecah pada Periode Trias

Akhir-Juras (Vaughan & Storey 2007), menghasilkan dua superkontinen
yang lebih kecil yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia yang bergerak
ke arah utara. Intra-continental rifting kemudian diikuti sedimentasi
endapan darat lalu diisi oleh air laut, menjadi Laut Atlantik bagian
utara. Rift basins yang terbentuk saat Pangaea pecah masih bisa
dilihat di bagian Central Atlantic Margin, baik sebelah Amerika Utara
maupun Moroko (Olsen, 1997).

Kali ini cukup sekian dulu. Banyak sekali referensi yang bisa dibaca

mengenai Pangaea, terutama tentang bukti-bukti yang lebih detil.
Artikel ini masih umum sekali, baru memuat sedikit sejarah, deskripsi
bentuk, bukti umum dan kapan Pangaea pecah. Minggu depan saya coba
kumpulkan referensi lebih banyak untuk bercerita lebih panjang tentang

sumber : www.indogamers.com/f368/mister_benua_pangaea-178015/

Pangaea.

Pengertian, Macam dan Jenis Hak Asasi Manusia / HAM yang Berlaku Umum Global - Pelajaran Ilmu PPKN / PMP Indonesia


Pengertian dan Definisi HAM :

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat



Jumat, 04 Juni 2010

Penemuan Geofisik Terbaru Membalikan Konsep Tentang Sejarah Bumi ...

Planet kita diperkirakan mulai terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu. Sejak itu penampilan aslinya hampir tidak pernah berubah. bumi ini cocok untuk menciptakan dan mengembangbiakkan bentuk kehidupan sejak pertama kali terbentuk. Tim peneliti barat menolak teori tentang bumi seluruhnya diselubungi samudera sebelum spesies laut pertama menginjak daratan.

Penemuan logam langka bumi bernama hafnium bercampur dengan kristal zirconium di Jack Hills, pegunungan di Australia Barat, merupakan indikasinya. Bebatuan di pegunungan itu dianggap paling tua di dunia (diperkirakan berumur 4,4 miliar tahun). Peneliti menggunakan analisa radiosotope untuk melihat apakah lapisan kontinental bumi sudah terbentuk pada 4,4 – 4,5 miliar tahun lalu. Lapisan kontinental berbeda dengan samudra menurut struktur dan ketebalannya. Dulu diperkirakan lapisan kontinental perlahan meleleh ke lapisan samudra.

“Sepertinya bumi terbentuk dalam sekejab mata,” kata salah satu peneliti, Dr. Steven Moses dari Universitas Colorado. “Jika teori ini terbukti benar, semua konsep hari ini tentang terbentuknya bumi harus diperbaharui. Mungkin para peneliti harus belajar dari peradaban Atlantis dan nenek moyang lainnya yang mana ceritanya dianggap sebagai fiksi belaka sebelumnya. Diperkirakan bahwa bentuk kehidupan protein muncul di bumi beberapa miliar tahun yang lalu, kemungkinan peradaban itu tidak kelihatan idealis,” kata peneliti.

Sebuah tim peneliti dipimpin oleh Dr. Moses melangsungkan sebuah penelitian mengenai terbentuknya air. Penelitian itu menunjukkan bahwa air muncul di permukaan bumi sekitar 4,3 miliar tahun yang lalu. Penemuan ini bertentangan dengan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa air terkondensasi dari atmosfir 3,8 miliar tahun yang lalu. Menurut para peneliti, penemuan ini menunjukkan bahwa lapisan bumi, samudra, dan atmosfir muncul sejak dari permulaan, planet bumi cocok untuk kehidupan di masa prasejarah itu.

“Puluhan ragam teori tentang asal mula bumi bermunculan dalam sejarah ilmu pengetahuan yang panjang,” kata Valery Rudukov, senior peneliti dari Institute of Physic of Earth dibawah Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Teori Buffon dulu cukup popular pada awal abad yang lalu. Menurut teorinya, matahari dulu adalah bongkahan putih-panas ketika bertabrakan dengan komet. Tabrakan ini menghasilkan bongkahan besar panas matahari sehingga menjadi hancur dan berpencaran menjadi beberapa bagian.

Bagian-bagian ini kemudian membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari dikarenakan daya sentrifugal dan sentripetal. Menurut teori Buffon, planet-planet mungkin bagian dari benda perbintangan yang bercahaya karena itu mungkin dari mulanya sudah bisa mengeluarkan cahaya. Penurunan temperatur secara perlahan mengakibatkan pembentukan dan evolusi kehidupan. Tetapi, teori yang sama mengatakan bahwa temperatur akan terus menurun. Semua kehidupan organisme yang terbentuk akan semakin berkurang dan musnah pada akhirnya karena proses pendinginan,” kata Dr. Rudakov.

Banyak peneliti menentang teori Buffon. Peneliti yang lainnya mempunyai ide yang berbeda mengenai asal mula kehidupan. Teori perpindahan benua dan beberapa yang lainnya dulu dianggap yang paling benar di jamannya. Tapi tidak satu teori pun dapat menjelaskan bagaimana sesuatu dapat terbentuk miliaran tahun yang lalu. Hipotesa yang berani dari para peneliti Eropa mungkin akan memberikan secercah cahaya mengenai banyak hal.


Sumber :misteridigital.wordpress.com/.../penemuan-geofisik-terbaru-membalikan-konsep-tentang-sejarah-bumi/

Khasiat Buah Naga



Buah naga mempunyai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pelindung kesehatan mulut, pencegah kanker usus, mengurangi kolesterol, pencegah pendarahan dan mengobati keluhan keputihan.

Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga, karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90 % dari berat buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks. Buah naga juga dapat disajikan dalam bentuk jus, sari buah, manisan maupu selai atau beragam bentuk penyajian sesuai selera anda.

Secara umum,pakar sependapat dan mengakui buah naga kaya dengan potasium, ferum, protein, serat, sodium dan kalsium yang baik untuk kesihatan berbanding buah-buahan lain yang diimport.

Menurut AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, organisasi yang meneliti buah naga merah , buah kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme dalam tubuh manusia.


“Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah.“Penelitian juga menunjukkan buah ini bisa mencegah kanker usus, selain mencegah kandungan kolesterol yang tinggi dalam darah dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh,” katanya.

Secara keseluruhan, setiap buah naga merah mengandungi protein yang mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung; serat (mencegah kanker usus, kencing manis dan diet); karotin (kesehatan mata, menguatkan otak dan mencegah masuknya penyakit), kalsium (menguatkan tulang).

Buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah; vitamin B1 (mencegah demam badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3 (menurunkan kadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan, kehalusan kulit serta mencegah jerawat).

Berikut ini kandungan nutrisi lengkap buah naga :

Kadar Gula : 13-18 briks
Air : 90 %
Karbohidrat : 11,5 g
Asam : 0,139 g
Protein : 0,53 g
Serat : 0,71 g
Kalsium : 134,5 mg
Fosfor : 8,7 mg
Magnesium : 60,4 mg
Vitamin C : 9,4 mg

sumber : www.buahnaga.us/2009/04/khasiat-buah-naga.html